Kamis, 20 Mei 2010

Penghapusan PMPTK

Penghapusan PMPTK, Langkah Mundur!
Selasa, 18 Mei 2010 | 19:12 WIB
DHONI SETIAWAN/KOMPAS IMAGES
Ilustrasi: PGRI DIY menuntut pengembalian fungsi Ditjen PMPTK karena telah banyak membantu pengembangan kualifikasi guru.
TERKAIT:
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Langkah pemerintah menghapus Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan atau PMPTK, Kementerian Pendidikan Nasional dinilai keliru. Persatuan Guru Republik Indonesia DIY khawatir langkah itu membuat nasib guru kembali terabaikan.
Penanganan guru harus tetap dilakukan oleh satu direktorat jenderal khusus.
"Penanganan guru harus tetap dilakukan oleh satu direktorat jenderal khusus agar upaya peningkatan mutu dan profesionalisme guru dapat berjalan fokus. Sebab, salah satu kunci peningkatan mutu pendidikan adalah guru," ungkap Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY, Achmad Zainal Fanani, saat audiensi dengan DPRD DIY , di Yogyakarta, Selasa (18/5/2010).
Seperti diberitakan sebelumnya, penghapusan Ditjen PMPTK didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon Satu Kementerian Negara. Persoalan guru yang semula ditangani Ditjen PMPTK kini dialihkan ke tiga direktorat jenderal, yaitu Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal; Ditjen Pendidikan Dasar; serta Ditjen Pendidikan Menengah (Kompas, Jumat 14/5).
Menurut Zainal, langkah menghapus Ditjen PMPTK dan mengembalikan penanganan guru ke tiga ditjen sesuai level guru mengajar merupakan langkah mundur pemerintah. Hal itu justru membuat penanganan persoalan guru terkotak-kotak di tiga ditjen berbeda. "Bisa saja masing-masing ditjen itu memiliki kebijakan yang berbeda, ini kembali ke masa lalu, dulu sudah terjadi ini, misalnya tunjangan untuk guru SD, SMP, dan SMA berbeda-beda," katanya.
Selain itu, dikhawatirkan penanganan persoalan guru, seperti rekrutmen, pembinaan, pemberian tunjangan, penataan karir, dan pensiun menjadi tidak fokus. Sebab, masing-masing ditjen juga harus mengatur persoalan nonguru, seperti sarana dan prasa rana, serta kurikulum. "Guru nanti bakal ditangani oleh level direktur, eselon II, yang posisinya jelas lebih rendah dibanding dirjen," ucapnya.
Kepala Bidang Perencanaan dan Standardisasi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY Baskara Aji mengatakan, guru-guru tidak perlu khawatir dengan kebijakan penghapusan ditjen PMPTK. Sesuai penjelasan Menteri Pendidikan Nasional, guru tidak akan ditelantarkan karena ditangani tiga ditjen sesuai level mengajar.
Oleh: Siti Muyassarotul Hafidzoh*
 Judul                : Menjadi Guru Inspiratif
Penulis             : Ngainun Naim
Penerbit           : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan           : I, 2010
Tebal               : 289 halaman

Ilmu adalah perkara yang mulia dan guru adalah orang yang mengantarkan seseorang untuk mencapai kemulian itu. Guru begitu memiliki peranan penting dalam proses belajar siswa. Guru juga harus bisa memberikan pencerahahan bagi siswanya dan mampu melahirkan siswa yang tangguh, siap menghadapi aneka tantangan sekaligus  memberi perubahan yang hebat bagi kehidupannya.
Pencerahan itu pasti lahir dari guru yang inspiratif. Tak salah kalau buku bertajuk “Menjadi Guru Inspiratif” ini menarik ditelaah para guru di masa depan. Istilah guru inspiratif yang dipaparkan penulis buku ini adalah guru yang memiliki orientasi jauh lebih luas. Guru inspiratif memilih melakukan tindakan yang sangat strategis, yaitu bagaimana ia mampu memberikan perspektif yang mencerahkan. Guru inspiratif menawarkan perspektif yang memberdayakan, menghasilkan energi yang kreatif.
Guru inspiratif tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit perubahan terhadap diri siswanya dari aspek diri pribadinya semata, tetapi ia juga harus mampu mendesain iklim dan suasana yang juga inspiratif. Penciptaan pola yang inspiratif akan semakin memperkukuh karakter dan sifat inspiratif yang ada pada diri guru. Perpaduan keduanya yaitu karakter diri guru dan suasana pembelajaran akan menjadikan dimensi inspiratif, semakin menemukan momentum untuk mengkristalkan dan emmbangun energy perubahan positif dalam diri setiap siswa.
Dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif, aspek paling utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan mendorong minat siswa untuk tenagn dan menyukai terhadap pelajaran.
Penciptaan suasana pembelajaran yang inspiratif sangat penting artinya untuk semakin mengukuhkan dan mendukung kekuatan inspiratif yang bersumber dari diri pribadi guru. Dua aspek ini –pribadi guru dan suasana pembelajaran- pada gilirannya akan mampu mengakumulasikan potensi dalam diri para siswanya untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. Modal inilah yang pada gilirannya dapat dilejitkan untuk melakukan perubahan menujuh arah pencapaian cita-cita hidup, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka pendek, para siswa mampu menjadi siswa dengan prestasi belajar yang memuaskan. Sedangakan cita-cita jangka panjangnya adalah bagaimana menjadi pribadi yang sukses dalam makna yang luas; sukses hidup, keluarga, profesi, social, dan kemasyarakatan.
Inilah catatan penting dalam dunia pendidikan di Indonesia, khusunya terkait dengan proses pembelajaran bahasa arab, seringkali bahasa menjadi rumit dan menyebalkan karean proses pembelajaran yang kering dengan inovasi dan inspirasi. Proses pembelajajaran tidak sekedar mengandalkan metodologi yang ada dalam kurikulum pendidikan, tetapi juga membangun suasana yang produktif sehingga proses pendidikan memungkinkan semakin aktif dan kreatifnya siswa dalam proses pembelajaran. Guru akan lebih tepat sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator.
Menempatkan guru dalam suasana pendidikan yang produktif akan menumbuhkan gerak kreatif siswa dalam memahami pelajaran. Suasana produktif bisa dilihat dari meningkatnya semangat siswa dalam belajar, semakin melejitnya prestasi siswa dan makin kompetitifnya meraih ilmu yang semakin tinggi dan bermanfaat. Disinilah buku ini menemukam  momentumnya.
*Peneliti Center for Developing Islamic Education (CDIE) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Rabu, 19 Mei 2010

MUKADIMAH

GABUNGAN PENDIDIK
DAN TENAGA KEPENDIDIKAN INDONESIA
MUKADIMAH

Bahwa peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan telah menjadi komitmen Departemen Pendidikan Nasional yang ditunjukkan dengan terbentuknya Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (DITJEN PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional.

Bahwa salah satu tenaga kependidikan yang dinilai strategic dan penting untuk meningkatkan kualitas kinerja disekolah adalah tenaga pendidik dan kependidikan yang bertugas melakukan pembelajaran dikelas, berwawasan, laboratorium dan tata usaha, leader, tutor dan sumber ilmiah, terhadap semua peserta anak didik, baik formal ataupun non formal.

Bahwa untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan mandiri, diperlukan adanya tenaga kependidikan yang professional di tiap Propinsi, Kabupaten / Kota yang mampu bersatu padu, berwibawa, bekerja sama ditingkat Provinsi maupun tingkat Nasional bahkan ke manca Negara, secara Universal. Loyal terhadap pendidikan nasional.

Bahwa atas dasar pemikiran sebagaimana tersebut di atas mutlak diperlukan adanya suatu wadah yang bernuansa demokratis, kebersamaan, silih asah, silih asih, silih asuh, rame ing gawe nyepi ing pamrih, untuk menghimpun berbagai aspirasi yang muncul di tiap daerah Provinsi, Kabupaten / Kota yang diberi nama Gabungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indonesia, sesuai amanat Tut Wuri Handayani Sebagai amanat Undang Undang SISDIKNAS, Undang Undang Guru dan Dosen di era otonomi daerah, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bahwa existensi G.P. Tendik Indonesia ( Gabungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indonesia ) adalah suatu kebutuhan, peran peduli pendidikan dalam mencerdaskan hidup dan kehidupan bangsa, dan merupakan Mitra Kerja terhadap peduli pendidikan yang lainnya. Disimpulkan G.P. Tendik Indonesia bukan merupakan rival terhadap pihak pihak yang telah berperan didunia pendidikan melainkan mitra kerja yang sejati, secara kebersamaan dan menata keberpihakkan, bagi Pendidikan Nasional

PETA NUSANTARA

Peta Nusantara Pertama Dibuat Pada Masa Majapahit

Jakarta (ANTARA) - Sejarah mencatat kegiatan survei dan pemetaan di Nusantara dilakukan sejak delapan abad lalu dimana peta paling awal justru dibuat oleh bangsa Nusantara sendiri pada masa Majapahit.

"Itu menurut CJ Zandvliet dari Belanda dalam jurnal Holland Horizon tahun 1994," kata Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Rudolf W Matindas pada Peluncuran Buku "Survei dan Pemetaan Nusantara: 40 Tahun Bakosurtanal" di Jakarta, Kamis.

Peta administratif pernah dibuat pada masa Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit dan diserahkan kepada tentara Yuan, asal China yang menaklukkan kerajaan tersebut pada tahun 1292, ujarnya.

Namun sejarah juga mencatat peta tentang Indonesia yang pertama adalah peta navigasi yang dibuat pada abad ke-15 ketika Laksamana Cheng Ho dari China melakukan pelayaran di wilayah negeri ini.

Pemetaan Indonesia yang lebih maju, ujarnya, dilakukan oleh bangsa-bangsa kolonialis yang awalnya datang sebagai pedagang dari mancanegara untuk mencari rempah-rempah.

Pada penjajahan Belanda selama 3,5 tahun itulah Belanda melakukan survei dan pemetaan ke berbagai wilayah dan menginventarisasi kekayaan hayati Nusantara sehingga muncul berbagai peta wilayah Nusantara yang karena keterbatasan teknologi memiliki akurasi rendah.

Empat abad kemudian ketika Indonesia telah lahir, pemetaan secara lebih detail masih belum ada, bahkan berapa jumlah pulau di Indonesia belum juga diketahui dan baru dirintis pertama kali oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang melibatkan tokoh Bakosurtanal, ujarnya.

"Sejak beberapa tahun terakhir, Bakosurtanal tengah merintis pembuatan peta berskala besar dengan akurasi tinggi yang dimungkinkan oleh teknologi yang semakin canggih dari mulai teknologi penginderaan jauh, teknologi digital, teknologi GPS, dan teknik pemrosesan data dengan sistem komputer," katanya.

Sementara itu, Pakar Sejarah LIPI Dr. Asvi Warman Adam menegaskan pentingnya peta, yang disebutkannya sebagai satu dari tiga faktor yang membentuk suatu bangsa, selain Sensus dan Museum.

"Peta merupakan tulang punggung bagi pembentukan suatu negara dan identifikasi suatu bangsa," katanya.

Sedangkan Sosiolog Imam Prasodjo di tempat sama mengeluhkan tersebarnya berbagai peta di berbagai institusi, seperti peta hutan gundul di Kementerian Kehutanan, peta tata ruang kota di Badan Pertanahan Nasional (BPN), peta fertilitas di Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

"Negara kita terlalu senang membuat pengkotak-kotakan. Seharusnya Bakosurtanal mengintegrasikan semua peta di berbagai institusi ini, dan menjadikan semua pemetaan Nusantara sebagai data digital yang bisa diakses semua orang," katanya.

Buku "Survei dan Pemetaan Nusantara" yang tebal dan hanya dcetak 1.000 eksemplar tersebut selain berbicara mengenai peran survei dan pemetaan juga membahas peran Bakosurtanal dalam melakukan survei dan pemetaan nasional.